Surabaya, potretrealita.com – Semangat belajar tak mengenal batas usia. Ungkapan ini tepat disematkan kepada AKBP (Purn) Agus Prastyo, yang meski telah memasuki masa purnatugas sebagai anggota Polri, tetap gigih mengejar mimpi meraih gelar akademik tertinggi, yakni doktor, Selasa (24/06/2025).
Bertempat di kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Agus menjalani ujian terbuka disertasi doktoralnya di hadapan para penguji dari kalangan profesor dan doktor yang kompeten dalam bidang ketenagakerjaan. Ia tampil percaya diri dan penuh semangat, menjawab satu per satu pertanyaan para penguji dengan lugas dan tenang.
Didampingi sang istri tercinta, Kompol Indah—yang masih aktif berdinas di Satuan Intelkam Polda Jawa Timur—Agus menyampaikan bahwa disertasinya merupakan bentuk kepedulian terhadap realita di lapangan, terutama dalam konteks perlindungan terhadap karyawan dan buruh.
“Disertasi saya membahas secara mendalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dan bagaimana implementasinya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, khususnya para pekerja. Saya berharap kajian ini dapat memberi kontribusi dalam menciptakan keadilan ketenagakerjaan,” ujar Agus saat diwawancarai usai ujian.
Dalam kesempatan itu, Agus menyampaikan bahwa proses penyusunan disertasi dan menjalani ujian terbuka bukanlah hal yang mudah. Apalagi ia harus mempersiapkan diri menghadapi pertanyaan-pertanyaan tajam dari para penguji, yang berasal dari kalangan akademisi senior dan praktisi hukum ketenagakerjaan.
Namun, pengalaman panjangnya di dunia kepolisian dan interaksi langsung dengan masyarakat memberikan nilai lebih dalam penyusunan disertasinya.

AKBP (Purn) Agus Prastyo saat menjalani ujian terbuka disertasi
“Saya menyadari bahwa keadilan sosial, termasuk di tempat kerja, adalah hak setiap warga negara. Karena itu, penting untuk terus mendorong regulasi dan praktik ketenagakerjaan yang berpihak pada hak-hak pekerja tanpa mengesampingkan kepentingan pengusaha,” tambahnya.
Ujian terbuka ini tidak hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga momentum inspiratif. Banyak yang hadir, termasuk rekan sejawat, dosen, serta keluarga, merasa terharu dan kagum melihat sosok Agus yang tetap rendah hati, namun penuh tekad dalam menempuh pendidikan formal di usia yang tidak lagi muda.
Para penguji pun mengapresiasi keteguhan dan kemampuan Agus dalam mempresentasikan argumen serta menjawab berbagai pertanyaan dengan data yang kuat, didukung pengalaman praktis selama bertugas.
Ujian disertasi ini menjadi salah satu bukti bahwa dedikasi terhadap ilmu pengetahuan tidak terbatas oleh waktu, usia, maupun latar belakang profesi.
Sebagai penutup, Agus berharap apa yang ia lakukan dapat menginspirasi generasi muda maupun rekan-rekan sejawat untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
“Selama kita hidup, belajar adalah kewajiban. Dan ilmu yang bermanfaat, akan terus menjadi amal jariyah,” pungkasnya. (SY41)