Sampang, Potretrealita.com – Komunitas Media Center Sampang (MCS) tengah dilanda krisis internal yang mengejutkan. Puluhan anggotanya secara serentak memilih hengkang dalam beberapa hari terakhir. Kejadian ini memicu kegaduhan di kalangan pegiat informasi lokal dan mencerminkan adanya persoalan serius di tubuh organisasi tersebut.
Retaknya barisan internal MCS ditengarai sebagai buntut dari keputusan kontroversial yang dikeluarkan pimpinan. Dalam sebuah pesan resmi yang disampaikan melalui grup WhatsApp, Ketua MCS mengumumkan pengeluaran empat orang anggota awal pendiri MCS: Hoiri, Fitra, Suja’i, dan Bambang.
“Assalamualaikum Wr Wb, dengan ini memberitahukan, bahwasanya ada perintah dari pimpinan untuk mengeluarkan 4 orang anggota di grup MCS. Atas perhatian dan kedewasaannya, salam sukses & trim’ksh. Wassalamu’alaikum Wr Wb,” tulis Ketua MCS dalam pengumuman singkatnya.
Langkah tersebut disinyalir menjadi pemicu gelombang pengunduran diri anggota lainnya, yang merasa tidak nyaman dengan suasana komunikasi internal yang dinilai semakin tidak sehat dan penuh ketegangan psikologis.
“Kami merasa MCS sudah jauh dari semangat awalnya. Tidak ada lagi ruang diskusi terbuka, semua berjalan kaku dan eksklusif. Maka kami memutuskan keluar,” ujar salah satu mantan anggota yang enggan disebutkan namanya, Rabu (23/7/2025).
Kondisi internal yang memburuk ini memperlihatkan adanya indikasi miskomunikasi, ketidakjelasan arah gerakan, hingga dugaan dominasi segelintir pengurus dalam pengambilan keputusan. Tak hanya itu, keputusan sepihak tanpa dialog dinilai menyalahi prinsip kebersamaan yang sejak awal menjadi landasan berdirinya MCS.
Sementara itu, upaya konfirmasi yang dilakukan sejumlah mantan anggota terhadap Ketua MCS mengenai sosok pimpinan yang memberi perintah pengeluaran anggota dijawab singkat dan tanpa penjelasan.
“Sampai ketemu aja,” respons ketus yang diterima oleh eks anggota.
Perpecahan ini kini menjadi perbincangan hangat, baik di kalangan jurnalis lokal maupun media sosial. MCS yang dulunya dikenal sebagai simpul koordinasi relawan media untuk mendukung diseminasi informasi Pemkab Sampang, kini justru ditinggalkan oleh banyak anggotanya sendiri.
Sejumlah mantan anggota mengaku tengah merintis pembentukan wadah baru yang lebih inklusif, transparan, dan profesional. Mereka berharap semangat kolaborasi dan integritas dalam dunia media lokal dapat dikembalikan tanpa dibayang-bayangi oleh kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu.
Fenomena ini menjadi alarm keras bagi komunitas media di daerah: bahwa tanpa komunikasi terbuka, transparansi, dan kepemimpinan yang akuntabel, branding sekuat apapun tak akan mampu menahan keretakan dari dalam. (Red)