Pasuruan, Potretrealita.com – 11-10-2025. Ada yang datang ke Maulid Nabi dan Haul Solo dengan tangan kosong, tapi hatinya penuh harap. Ada yang datang dengan tugas, mengenakan seragam Bansus1455, membawa nama Sidogiri, membawa amanah yang tidaktertulis: menjaga nama baik, kesabaran dan ketulusan. Mereka tidak sekadar hadir untuk mengatur parkir atau menertibkan barisan jamaah dan mengawal jalan paraundangan, tapi menjaga sesuatu yang lebih halus-marwah khidmah.
Di antara hiruk pikuk shalawat dan tahlil, spanduk,danpengeras suara yang kadang menggelegar, adakerja-kerja kecil yang tidak tampak di foto. Seorang santrimenyeka keringat yang kepanasan. Seorang lagimenuntun lansia menuju tempat duduk. Tidak ada tepuktangan.Tidak ada nama yang disebut. Hanya zikir pelanyang bergema di dada mereka sendiri: khidmah lillāh.
Melayani tamu Maulid dan Haul bukanlah pekerjaan yangdijanjikan dunia. Tidak ada gaji, tidak ada sertifikat.Tapiada satu hal yang diyakini: barakah. Kata yang seringdisalahpahami sebagai semacam hadiah gaib. Padahal,barakah itu bukan hasil, tapi cara. la muncul saat hatiikhlas bekerja tanpa perlu disaksikan.
Bansus1455, di hari-hari seperti itu, menjadi cermin dari Sidogiri yang lebih besar: lembaga yang hidup bukankarena kuatnya struktur, tapi karena semangat khidmah.
Yang datang ke Solo tidak hanya sedang menjalankantugas melainkan juga sedang menyambung.Menyambung niat para masyayikh yang sejak dulumengajarkan: khidmah bukan untuk dilihat, tapi untukmenundukkan diri di hadapan keberkahan.
Maka kalau kau melihat seorang anggota Bansus1455 mungkin tetap tersenyum saat dimarahi jamaah, janganburu-buru menilainya lemah. Ia sedang belajar menjadikuat tanpa melawan. Karena sabar, di dunia khidmah,bukan kelemahan, tapi latihan rohani.
Semoga semua yang hadir, yang melayani, yang diam tapibekerja,diberi sehat, sabar, dan keikhlasan. Sebab darimerekalah Sidogiri hadir dengan cara yang paling sunyi:menjaga nama baik, bukan hanya di spanduk danseragam, tapi di hati yang tahu untuk siapa semua inidilakukan. Amīn. lebih sedikit.
Mas Dwi Nawawi. (Mul)