Surabaya, Potretrealita.com – Citra Polri kembali tercoreng jelang peringatan Hari Bhayangkara ke-79. Seorang oknum polisi aktif yang berdinas di Surabaya dilaporkan melakukan pemerasan terhadap sepasang anak muda di Sidoarjo. Pelaku berdalih sedang menjalankan operasi gabungan, lalu meminta uang tunai hingga Rp 7 juta kepada korban dengan gaya seolah “damai di tempat”.
Korban adalah Kirana Vanessya, 23 tahun, mahasiswi tingkat akhir yang tinggal di Tambak Sumur, Sidoarjo, dan temannya Rayhan, 23 tahun. Keduanya mengalami insiden pemerasan yang diduga dilakukan oleh oknum berseragam polisi pada Kamis (19/6) sekitar pukul 22.00 WIB usai menghadiri kondangan di daerah Krian, Sidoarjo.
Menurut pengakuan ayah korban, Djumadi, 60 tahun, kejadian bermula saat Vanessya dan Rayhan keluar dari exit tol Tambak Sumur di kawasan Sidoarjo. Di sana, mereka bersenggolan dengan seorang ibu pengendara motor.
“Si ibu itu sempat masuk ke jalur mereka dari kiri, sudah sein kanan mau putar balik tapi gak jadi dan langsung belok ke kiri. Mobil anak saya nabrak pelan dari samping. Gak ada yang luka, sudah saling minta maaf, dan masalah selesai,” ujar Djumadi.
Setelah itu, Vanessya dan Rayhan menghentikan mobil sebentar di bawah tol untuk mengecek kondisi mobil. Ada sedikit lecet. Keduanya kemudian masuk mobil lagi. Di sinilah kejadian berubah.
“Tiba-tiba ada dua orang naik motor datang. Satu pakai seragam polisi, satu pakai baju sipil. Mereka menghentikan mobil dan bilang ini bagian dari operasi gabungan TNI, Polri, Satpol PP, dan wartawan,” terangnya.
Oknum itu lalu menuding mereka berbuat sesuatu yang di luar norma saat di dalam mobil padahal mereka baru saja berhenti untuk mengecek kondisi mobil. Tanpa alasan jelas, si polisi langsung meminta kendali kendaraan dan menyuruh Rayhan berpindah ke kursi penumpang. Sementara Vanessya diminta duduk di belakang.
“Katanya mau dibawa ke Polda Jatim untuk klarifikasi. Tapi malah diputar-putar di Surabaya, tanpa tujuan jelas. Mobil dibawa muter-muter, dan mulai muncul permintaan uang,” tambahnya.
Saat dalam mobil, oknum itu mulai bicara dengan kalimat-kalimat negosiasi.
“Dia bilang, ‘biar sama-sama enak’, ‘biar saya usahakan’, ‘biar gampang’, dan akhirnya bilang butuh uang Rp 7–10 juta. Tapi anak saya gak bawa uang segitu,” ujarnya.
Setelah mengakui hanya ada uang Rp 650 ribu, akhirnya mobil diarahkan ke Indomaret Drive Thru dekat Excelso A. Yani. Di sana, Vanessya diminta tarik tunai semua isi ATM milik Rayhan dan menyerahkan pada oknum polisi tersebut.
Namun, permintaan tidak berhenti di situ. Oknum itu mengambil kartu ATM mereka, dan meminta sisa uang disiapkan besoknya pukul 17.00 WIB.
“Anak saya dilarang buka HP, katanya ‘hargai saya’. Bahkan waktu bilang mau kabari orang tuanya, malah disentak,” lanjutnya.
Bahkan oknum itu sempat menyarankan agar korban meminjam uang lewat pinjol atau paylater. “Disuruh cari pinjaman online biar cepat. Ini udah bukan aparat lagi, ini pemalak berseragam,” urainya.
Namun insting Vanessya muncul, saat duduk di jok belakang, ia sempat diam-diam memotret wajah dan seragam si polisi. Setelah kejadian, foto dan video itu dikirim ke orang tuanya. Dari situlah identitas si oknum bisa dilacak.
“Dia nggak mau kasih nomor HP, juga gak mau ditransfer. Katanya uang itu buat cabut laporan. Waktu ditawari antar ke Polda malah bilang, ‘jangan, gak enak sama teman-teman saya’,” tutur Vanessya, dikutip dari pengakuan ke orang tuanya.
Sekitar pukul 00.00 WIB, setelah memegang uang dan kartu ATM, oknum itu turun sendiri dari mobil.
Pihak keluarga langsung bergerak. Berbekal foto dan video saat korban bersama si oknum, mereka melaporkan kasus ini ke institusi terkait.
“Sudah kami laporkan ke bagian Propam. Kami minta agar oknum ini diproses hukum, tidak bisa dibiarkan karena ini mencoreng institusi,” tegasnya.
Dari upaya penyelidikan mandiri yang dilakukan oleh sang Ayah, kurang dari 24 jam identitas oknum tersebut terungkap.
“Teman-teman jaringan saya di Kepolisian secara gamblang memberikan identitas oknum tersebut serta tempat dinasnya,” lanjutnya.
Berdasarkan informasi tersebut kemudian terungkap bahwa pelaku bernama Bripka H yang memang masih bertugas di wilayah Surabaya. (Red)