Banyuwangi, potretrealita.com – Bagaimana hati orang tua tidak hancur. Dimana, tiba – tiba mendapatkan kabar bahwa anaknya sudah dalam kondisi tidak bernyawa saat menjalani rehabilitasi narkoba di Lembaga Rehabilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (LRPPN) Banyuwangi.
Kabar nestapa itu dialami oleh Bapak Sudahna dan Ibu Sutri yang merupakan pasangan orang tua dari Irfan Kurniawan, pemuda asal Dusun Sepanjang Kulon, RT 002 / RW 002, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi yang tengah menjalani masa rehabilitasi dari ketergantungannya terhadap mengkonsumsi obat keras atau psykotropika.
Kepada tim investigasi, kedua orang tua dari almarhum menjelaskan bahwa, awalnya, Irfan Kurniawan yang akrab dipanggil dengan nama Irfan itu, ditawari untuk mengikuti program rehabilitasi. Sehingga, selang beberapa waktu, Irfan didatangi oleh tim dari Lembaga Rehabilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (LRPPN).
“Yang datang menjemput dari timnya Pak Iksan. Waktu anak saya dibawa, saya langsung menghubungi Kaji. Karena anak saya dibawa dengan diborgol seperti maling dan dilihat banyak orang. Saya sampai nangis,” jelas ibunda Irfan.
Masih menurut keterangan ibunda Irfan. Irfan menjalani rehabilitasi di LRPPN Banyuwangi hampir 4 bulan. Irfan Kurniawan menjalani rehabilitasi sejak tanggal 14 Juni 2023. Namun, pada tanggal 2 Oktober 2023, orang tua Irfan mendapatkan kabar bahwa Irfan masuk kedalam rumah sakit. Dan selang 2 hari, korban menghembuskan nafas terakhirnya.
“Saya datang ke rumah sakit bersama adik saya pak. Disana, Irfan terlihat sangat kurus dan tidak sadarkan diri. Padahal waktu dijemput itu, anaknya (Irfan) segar bugar ganteng pak. Adik saya sempat tidak percama bahwa itu Irfan. Bahkan baju yang dipakai bukan bajunya Irfan. Karena, bajunya Irfan itu bagus – bagus,” lanjutnya.
Keterkejutan Ibunda Irfan tidak hanya disitu saja. Yang lebih mengejutkan lagi, banyak luka lebam atau gosong – gosong yang hampir diseluruh tubuh korban.
“Banyak luka ditubuh Irfan, terutama di tangan, dipelipis dan area kaki. Saya sempat marah sama Pak Iksan. Saya tanyakan anak saya diapakan kok sampai kayak gini (luka – luka). Saya menduga anak saya dipukuli,” ungkap Ibu Sutri.
Bapak Sudana dan Ibu Sutri memang tidak pernah tahu kondisi Irfan selama di rehabilitasi di LRPPN. Karena setiap berkunjung ke tempat rehabilitasi, orang tua Irfan tidak pernah dapat bertemu dengan anaknya tercinta.
“Saya disuruh bawa barang apa saja saya bawakan. Tapi setiap kesana, saya tidak bisa bertemu dengan Irfan karena alasannya kondisi Irfan belum stabil kata perawatnya yang bernama Samantha. Dia (Samantha) juga mengatakan kalau Irfan sudah stabil, saya akan dihubungi. Saya orang awam ya percaya saja,” paparnya.
“Tentunya saya sangat terpukul pak. Bukannya anak saya pulang dengan keadaan sembuh, malah hanya namanya saja yang pulang. Saya ingin kematian anak saya ini dapat diungkap dengan sebenar – benarnya,” pungkasnya.
Awak media mencoba melakukan konfirmasi terhadap Bapak Iksan dari LRPPN Bnayuwangi melalui pesan Whatsapp di nomor 0812346xxxx pada hari Minggu (26/11/2023). Namun, hingga berita ini di publikasikan, tidak ada tanggapan dari yang bersangkutan. (Redaksi)